Cirebon- Kajian kelimuan merupakan identitas
penting dalam peran mahasiswa, melalui tukar pemikiran yang dilontarkan dengan
referensi dan argumentasi yang valid
permasalahan-permaslahan yang
berkembang dan kontroversial dibahas secara detail dan mendalam sampai kemudian
menemukan benang merah dari permasalahan yang dikaji. Kemarin malam (29/09)
melalui program unggulan Bidang PKMB (pengembangan keilmuan minat dan bakat
/red.) yang diketuai Galuh Mauludin menggelar kembali forum diskusi kajian
kelimuan bertemakan “Seks Bebas” dan dipenuhi
oleh quorum yang memadati aula utama sekretariat di lingkungan perum
puri taman sari cirebon.
“Seks
bebas merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat kemudian diadopsi oleh
masyarakat indonesia. Revolusi seks yang mencuat di amerika serikat dan eropa
akhir tahun 60-an merambah masuk ke negeri indonesia melalui peranan teknologi
informasi dan sarana hiburan lainnya”, tutur Adi panji sebagai fasilitator
dalam prolognya.
Walau
masih terkesan tekstual dengan gaya bicaranya yang has dan menghibur Adi menambahkan
“ saat ini, untuk mendapatkan vidio, gambar, cerita dewasa dan pornografi
lainnya dapat diakses secara mudah, tinggal buka internet cari situs yang
menyediakan layanan tersebut semuanya langsung didapat. Lebih ironisnya lagi
film-film yang berbau unsur fornografi selalu dijual oleh para pedagang kaset
dan vidio, semua itu tidak pernah hilang sekalipun sering ada rajia dari pihak
berwajib bahkan semakin menjamur. Sehingga dengan mudahnya akses untuk mendapatkan hal itu maka
menyebabkan semakin meningkatnya angka prilaku seks bebas di masyarakat.
Masih
menurut adi “ terutama dikalangan remaja, biasanya perilaku seks bebas akan
terjadi melalui beberapa tahapan, berawal dari mengakses vidio, gambar dan
cerita dewasa seseorang akan terpicu untuk melakukan hal demikian kemudian
bertemu dengan pasangan jenis, pegangan
tangan, ciuman sebatas di pipi dan kening, ciuman bibir (kiss franc)
berpelukan, melepas pakaian, meraba-raba hingga kemudian melakukan hubungan
seks.
Dari
wacana yang dilemparkan pasilitator memicu perhatian seluruh peserta kajian
yang hadir sehingga bermunculan pertanyaan seputar seks bebas, seperti halnya
pertanyaan yang dilontarkan dede juhadi melalui pasilitator yang di dampingi
agus sebagai moderator “ dalam pandangan agama seks bebas sudah jelas dilarang karena
hubungan seks hanya bisa dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah, namun pada
kenyataanya ada sebuah organisasi tertentu yang justru membagikan alat
kontrasepsi (kondom) pada saat momen tertentu hal demikian sebagus apapun
programnya justru berdampak pada tingkat penyalahgunaan yang tinggi sehingga
entah itu alasan penanggulangan AIDS/HIV namun apa bila terdapat pada orang
yang salah maka dianggap peluang untuk melakukan hal demikian, coba kita
perhatikan alat kontrasepsi (kondom) sudah bisa di dapat secara mudah bukankah
itu peluang bagi remaja yang mempunyai orientasi untuk melakukan hubungan
seks?”
Dikuatkan
lagi oleh pertanyaan lainnya “ bagaimana peranan pemerintah terhadap
penaggulangan seks bebas dan penyebaran virus HIV/AIDS? Hasil dari pengamatan, pemerintah memang
sudah berusaha namun apabila dilihat dari hasil masih dikatakan nihil, karena
mau atau tidak kenyataan membuktikan seks bebas justru semakin mewabah seolah
menjadi bagian dari hidup beberapa para remaja, yang terpenting bagi kita
adalah bagaimana kita memfilter pengaruh negatif teknologi termasuk propaganda
porografi sehingga kita tidak termasuk menjadi korban pergaulan seks bebas dan
setidaknya mampu memberikan rambu-rambu pada orang-orang disekeliling kita agar
tidak terjerumus dari bahayanya seks bebas” jawab Adi dengan nada tegas dan
menghibur.
Kajian akan di pertajam
Di
sela-sela kajian melalui wawancara dengan kabid PKMB (Galuh Mauludin) ia
mengtakan “ kajian ini adalah program rutinitas dari PKMB pada perkembangannya
kami akan terus berusaha agar kajian ini semakin meningkat baik dari sisi
kualitas ataupun kuantitas karena seyogyanya sekalipun anggota IMK ribuan,
tetapi tidak semuanya mengikuti,
sehingga hal demikian sudah menjadi tugas kami untuk menumbuhkan motifasi para
anggota agar terpanggil dan tertarik untuk tukar pikiran melalui program ini.
Adapun dari sisi kualitas disamping kami memberdayakan para anggota menjadi
fasilitator dengan tujuan mengasah mental dan memupuk keberenaian dalam
retorika dan argumen kami juga berusaha untuk menghadirkan pemateri yang ahli
dibidanganya agar setiap permasalahan yang dibahas bisa mendapatkan jawaban
yang akurat dan relevan karena ditanggapi langsung oleh yang bersangkutan”.
Taufik
(ketum IMK) membenarkan pernyataan Galuh, “ kajian ini harus semakin dipertajam
baik dari isu yang diangkat pada setiap kajian ataupun dari pemateri yang akan
dihadirkan, karena modal menjadi mahasiswa adalah keilmuan dan salah satu cara
mendapatkan ilmu adalah dengan cara kajian, ironis kiranya apabila peran kita
sebagai mahasiswa tetapi kita tumpul dalam pemikiran dan tidak pernah memperhatikan
sisi keilmuan”. Ucap taufik setelah dikonfirmasi. (Ima/Jour/Infokom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar