Minggu, 02 Oktober 2011

Gelar Kajian, PKMB Bedah Seks Bebas


Cirebon- Kajian kelimuan merupakan identitas penting dalam peran mahasiswa, melalui tukar pemikiran yang dilontarkan dengan referensi dan argumentasi yang valid  permasalahan-permaslahan  yang berkembang dan kontroversial dibahas secara detail dan mendalam sampai kemudian menemukan benang merah dari permasalahan yang dikaji. Kemarin malam (29/09) melalui program unggulan Bidang PKMB (pengembangan keilmuan minat dan bakat /red.) yang diketuai Galuh Mauludin menggelar kembali forum diskusi kajian kelimuan bertemakan  “Seks Bebas”  dan dipenuhi  oleh quorum yang memadati aula utama sekretariat di lingkungan perum puri taman sari cirebon.
“Seks bebas merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat kemudian diadopsi oleh masyarakat indonesia. Revolusi seks yang mencuat di amerika serikat dan eropa akhir tahun 60-an merambah masuk ke negeri indonesia melalui peranan teknologi informasi dan sarana hiburan lainnya”, tutur Adi panji sebagai fasilitator dalam prolognya.
Walau masih terkesan tekstual dengan gaya bicaranya yang has dan menghibur Adi menambahkan “ saat ini, untuk mendapatkan vidio, gambar, cerita dewasa dan pornografi lainnya dapat diakses secara mudah, tinggal buka internet cari situs yang menyediakan layanan tersebut semuanya langsung didapat. Lebih ironisnya lagi film-film yang berbau unsur fornografi selalu dijual oleh para pedagang kaset dan vidio, semua itu tidak pernah hilang sekalipun sering ada rajia dari pihak berwajib bahkan semakin menjamur. Sehingga dengan mudahnya  akses untuk mendapatkan hal itu maka menyebabkan semakin meningkatnya angka prilaku seks bebas di masyarakat.
Masih menurut adi “ terutama dikalangan remaja, biasanya perilaku seks bebas akan terjadi melalui beberapa tahapan, berawal dari mengakses vidio, gambar dan cerita dewasa seseorang akan terpicu untuk melakukan hal demikian kemudian bertemu dengan pasangan jenis,  pegangan tangan, ciuman sebatas di pipi dan kening, ciuman bibir (kiss franc) berpelukan, melepas pakaian, meraba-raba hingga kemudian melakukan hubungan seks.
Dari wacana yang dilemparkan pasilitator memicu perhatian seluruh peserta kajian yang hadir sehingga bermunculan pertanyaan seputar seks bebas, seperti halnya pertanyaan yang dilontarkan dede juhadi melalui pasilitator yang di dampingi agus sebagai moderator “ dalam pandangan agama seks bebas sudah jelas dilarang karena hubungan seks hanya bisa dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah, namun pada kenyataanya ada sebuah organisasi tertentu yang justru membagikan alat kontrasepsi (kondom) pada saat momen tertentu hal demikian sebagus apapun programnya justru berdampak pada tingkat penyalahgunaan yang tinggi sehingga entah itu alasan penanggulangan AIDS/HIV namun apa bila terdapat pada orang yang salah maka dianggap peluang untuk melakukan hal demikian, coba kita perhatikan alat kontrasepsi (kondom) sudah bisa di dapat secara mudah bukankah itu peluang bagi remaja yang mempunyai orientasi untuk melakukan hubungan seks?”
Dikuatkan lagi oleh pertanyaan lainnya “ bagaimana peranan pemerintah terhadap penaggulangan seks bebas dan penyebaran virus HIV/AIDS?  Hasil dari pengamatan, pemerintah memang sudah berusaha namun apabila dilihat dari hasil masih dikatakan nihil, karena mau atau tidak kenyataan membuktikan seks bebas justru semakin mewabah seolah menjadi bagian dari hidup beberapa para remaja, yang terpenting bagi kita adalah bagaimana kita memfilter pengaruh negatif teknologi termasuk propaganda porografi sehingga kita tidak termasuk menjadi korban pergaulan seks bebas dan setidaknya mampu memberikan rambu-rambu pada orang-orang disekeliling kita agar tidak terjerumus dari bahayanya seks bebas” jawab Adi dengan nada tegas dan menghibur.
Kajian akan di pertajam
Di sela-sela kajian melalui wawancara dengan kabid PKMB (Galuh Mauludin) ia mengtakan “ kajian ini adalah program rutinitas dari PKMB pada perkembangannya kami akan terus berusaha agar kajian ini semakin meningkat baik dari sisi kualitas ataupun kuantitas karena seyogyanya sekalipun anggota IMK ribuan, tetapi tidak semuanya  mengikuti, sehingga hal demikian sudah menjadi tugas kami untuk menumbuhkan motifasi para anggota agar terpanggil dan tertarik untuk tukar pikiran melalui program ini. Adapun dari sisi kualitas disamping kami memberdayakan para anggota menjadi fasilitator dengan tujuan mengasah mental dan memupuk keberenaian dalam retorika dan argumen kami juga berusaha untuk menghadirkan pemateri yang ahli dibidanganya agar setiap permasalahan yang dibahas bisa mendapatkan jawaban yang akurat dan relevan karena ditanggapi langsung oleh yang bersangkutan”.
Taufik (ketum IMK) membenarkan pernyataan Galuh, “ kajian ini harus semakin dipertajam baik dari isu yang diangkat pada setiap kajian ataupun dari pemateri yang akan dihadirkan, karena modal menjadi mahasiswa adalah keilmuan dan salah satu cara mendapatkan ilmu adalah dengan cara kajian, ironis kiranya apabila peran kita sebagai mahasiswa tetapi kita tumpul dalam pemikiran dan tidak pernah memperhatikan sisi keilmuan”. Ucap taufik setelah dikonfirmasi. (Ima/Jour/Infokom)

Tidak ada komentar: