Setelah
sebelumnya (23/09) pemateri menjelaskan tentang pengantar jurnalistik dan
motivasi akan pentingnya keahlian dalam dunia tulis menulis, kali ini pemateri
“kanda Eko” lebih fokus pada materi tentang jurnalis yakni tentang cara mudah
menulis artikel atau penulisan opini yang syarat dengan keilmuan.
Menurut
Kanda Eko, menulis artikel bukanlah hal yang sulit asal kita berani mencoba dan
tak pernah putus asa, karena pada intinya menulis artikel sama halnya dengan
menuangkan idea dalam bentuk tulisan sementara itu sebuah idea akan selalu
muncul dan terlinntas kapanpun dan dimanapun. namun pertanyaanya bagaimana agar
idea itu tetap ada dan tidak hilang begitu saja, langkah yang termudah adalah
idea terebut langsung ditulis pada kertas kecil dan disimpan rapih sehingga
dari catatan-catatan kecil itu bisa menjadi bahan tulisan dan dikembangkan
menjadi sebuah artikel.
Adapun
tentang langkah-langkah penulisan artikel Kanda Eko menjelaskan ada empat
langkah termudah. Pertama, menentukan topik dan tujuan. kedua, mengumpulkan
data atau bahan-bahan referensi yang ada kaitnannya dengan topik yang
ditentukan, Data demikian bisa dilakukan dengan cara membaca buku-buku terkait
atau dari sumber manapun. Ketiga, membuat kerangka tulisan, bisa dengan metode
induktif (khusus ke umum) atau deduktif (umum ke khusus) dan keempat, menyusun
serta mengembangkan tulisan.
Materi
demi materi dicatat dan diperhatikan dengan serius oleh puluhan peserta yang
hadir, kemudian pada sesen dialog muncul pertanyaan dari Dede Andriana (sekbid
PM) bagaimana cara mengatasi pembenahan kata dan menghindari kata nagasi (yang
tidak dimengerti)? Kandan Eko menjawabnya, kita harus sering baca buku karena
dengan membaca buku yang banyak maka secara tidak langsung bahasa yang kita
miliki akan semakan bertambah dan kita akan terbantu dalam proses penuangan
kata-kata dan penggunaan kata nagasi boleh dilakukan asal jangan terlalu sering
di ulang-ulang. Kemudian ditambahkan cara penulisannya bisa dilakukan dengan
mengetik ulang artikel yang sudah dimuat di media cetak agar memahami susunan
penulisannya dengan maksimal lima ribu karakter hurup.
Karena
waktunya yang relatif singkat untuk pertemuan berikutnya kanda Eko menugaskan
agar setiap peserta mencoba menulis dan membawa hasil tulisannya masing-masing
pada saat pertemuan berikutnya. “saya merasa tertantang untuk menulis artikel
dan saya yakin harus bisa menulisnya seperti orang lain “ kata Asep salahsatu
peserta tingkat satu jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) IAIN kepada crew
journal IMK setelah diklat usai. (Ima/jour.IMK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar